Beranda | Artikel
Larangan Mengkhususkan Ibadah di Kuburan Orang Shalih
Kamis, 15 Desember 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Larangan Mengkhususkan Ibadah di Kuburan Orang Shalih adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 20 Jumadil Awal 1444 H / 14 Desember 2022 M.

Kajian Tentang Larangan Mengkhususkan Ibadah di Kuburan Orang Shalih

Penulis Kitab Tauhid Al-Imam Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah membawakan dalil yang kedua di dalam bab ini.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata: “Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hendak diambil nyawanya, beliau pun segera menutup kain di atas mukanya, lalu beliau membuka lagi kain itu tatkala terasa menyesakkan nafas. Ketika beliau dalam keadaan demikian itulah beliau bersabda:

لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهًوْدِ وَالنّصَارَى، اتّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

“Semoga laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat ibadah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di sini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan agar kaum Yahudi dan Nasrani mendapat laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebabnya karena menjadikan kuburan orang-orang shalih dari mulai Nabi-Nabi sebagai tempat ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian di dalam hadits disebutkan bahwa beliau memperingatkan agar dijauhi perbuatan mereka. Dan seandainya bukan hal itu, niscaya kuburan beliau akan ditampakkan. Maksudnya adalah kalau seandainya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memperingatkan akan hal ini, maka niscaya kuburan beliau akan bisa terlihat oleh manusia. Alhamdulillah, kuburan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jauh dari hal-hal yang membuat kaum muslimin akhirnya menjadikan berhala terhadap kuburan tersebut.

Kalimat “Memperingatkan apa yang telah diperbuat oleh Yahudi dan Nasrani” dari perkataan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha adalah karena ‘Aisyah memahami dari sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut adalah peringatan keras untuk umatnya dari perbuatan ini yang senantiasa dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nasrani terhadap kuburan-kuburan Nabi-Nabi mereka. Karena hal tersebut termasuk sikap ghuluw (melampaui batas) terhadap para Nabi ‘Alaihimush Shalatu was Salam dan termasuk dari sarana paling besar menghantarkan kepada kesyirikan.

Ingat, bahwa mengkhususkan ibadah di sisi pekuburan orang-orang shalih (seperti mengkhususkan shalat, mengkhususkan berdoa terasa lebih mustajab, mengkhususkan berdzikir terasa lebih khusyuk, mengkhususkan membaca Al-Qur’an dan seterusnya) bukan kesyirikan. Tetapi sarana yang paling besar menghantarkan kepada kesyirikan.

Dan termasuk dari keasingan Islam adalah bahwa hal yang pelakunya telah dilaknat oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai bentuk peringatan keras untuk umatnya agar mereka tidak mengerjakannya terhadap kuburan beliau dan juga terhadap kuburan orang-orang shalih dari umatnya, ternyata ini telah dilakukan kebanyakan dari generasi terakhir umat ini. Dan mereka menganggap ini adalah sebagai ibadah-ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal ia adalah kemungkaran yang paling agung. Mereka tidak mengira bahwa perbuatan mengkhususkan beribadah di sisi perkuburan orang-orang shalih ini adalah sebuah sikap penentangan terhadap Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Imam Al-Qurthubi Rahimahullahu Ta’ala berkata di dalam makna hadits: “Semua itu untuk memutus sarana yang menghantarkan kepada beribadah kepada siapa yang ada di dalam kubur tersebut, sebagaimana ia adalah penyebab dari beribadah kepada berhala-berhala.”

Karena, tidak ada perbedaan antara beribadah kepada kuburan dan seorang yang ada di dalamnya dengan beribadah kepada berhala. Mari perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang Nabi Yusuf bin Ya’kub ketika beliau berkata:

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ

“Aku mengikuti ajaran nenek moyangku, yaitu Nabi Ibrahim, Ishak dan Ya’kub. Kita tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apapun.” (QS. Yusuf[12]: 38)

Kata-kata “sesuatu apapun” adalah nakirah (umum) di dalam redaksi pembicaraan peniadaan. Berarti umum mengandung setiap jenis kesyirikan. Artinya bahwa beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala (apapun dan siapapun selain Allah tersebut) maka ini adalah kesyirikan.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari kita download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52517-larangan-mengkhususkan-ibadah-di-kuburan-orang-shalih/